Sabtu, 17 September 2011

CERPEN AKHIR PEKANKU


PAK BURHAN
Pagi ini dingin sekali, gerimis yang dari shubuh tadi belum juga mereda. Sayup-sayup terdengar suara dari masjid terdekat, ternyata kabar berita duka atas meninggalnya warga kampung sebelah. Suara orang itu tak begitu aku kenal, tentu saja karena bertahun-tahun kami warga kampung dibiasakan mendengar suara Pak Burhan,pembawa berita kematian.
Seperti waktu itu,aku melihat beliau berlari-lari dibawah hujan menuju masjid kampung hanya sekedar menyampaikan berita duka. Pak Burhan memang dikenal baik hati, selalu rendah hati dan ramah pada siapa saja.Pekerjaan utamanya memang hanya seorang petani honorer.Gajinya tidak menentu setiap harinya.Tetapi beliau tetap saja teguh menjalani kehidupan yang menurutku sangat keras ini.Waktu bukan jadi penghalang baginya untuk menyampaikan berita duka, menurutnya berita duka memang harus secepatnya disampaikan agar semua warga tahu. Pernah suatu kali beliau sakit,karena hidupnya yang hanya sebatang kara tanpa istri maupun anak akhirnya warga kampung mengusulkan untuk membawa beliau ke panti  jompo, sedikit kurang sopan memang, akhirnya ayahku turun tangan, ayah bersedia merawat Pak Burhan seperti ayah kandungnya sendiri. Setelah kejadian itu Pak Burhan resmi menjadi bagian keluargaku, kesehatannya berangsur-angsur membaik. Namun,dua hari berikutnya beliau meminta untuk kembali ke gubuk reotnya. Awalnya ayahku menolak, tetapi karena beliau terus menerus merajuk akhirnya ayah mengabulkannya. Berkali-kali beliau mengucapkan terimakasih kepada keluargaku.
Suatu hari, di siang yang panas dan aku baru saja pulang dari sekolah terlihat beberapa orang berkerumun di depan rumahku. Ayah tampak sibuk dengan teleponnya. Aku berlari kedalam, kulihat ibu menangis di kamarnya. Aku mencoba bertanya padanya, Ibu hanya bergumam dan membisikkan kata-kata Pak Burhan berulang kali.Air matanya masih saja mengalir. Aku berlari menuju rumah Pak Burhan, tampak banyak orang di sekitar rumahnya. Di ruang tamu kulihat tubuh kaku Pak Burhan wajah beliau bersinar dan senyum mengambang dari bibirnya. Wajah yang damai. Dari cerita orang ternyata Pak Burhan telah meninggal sekitar 2 hari yang lalu. Sebelum meninggal beliau berpamitan ingin pergi ke suatu tempat, hanya sebentar katanya. Lampu rumahnyapun dibiarkan mati. Sehingga warga mengira Pak Burhan memang sedang pergi. Dan nyatanya beliau bukan hanya pergi sebentar tapi untuk selamanya meninggalkan dunia fana ini. Kadang aku merasa kasihan padanya, seorang pembawa berita duka yang terabaikan di hari kematiannya sendiri.  Jasanya akan tetap dikenang dan Semoga beliau tenang di alam sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar